Bibit induk F2
adalah hasil turunan generasi dari bibit F2. Media yang digunakan bisa dari
serbuk gergajian, jagung, sorgum, kedelai, gabah, dan beberapa bahan lainnya.Pebudidaya
di Indonesia pada umumnya menggunakan media jagung dan media gabah untuk
membuat bibit induk F2. Khusus pembahasan kali ini kita menggunakan media
jagung. Media ini dipilih karena mudah didapatkan, harganya cukup murah, dan
kualitas bibit induk F2 yang dihasilkan sangat baik. Pada bibit induk F2,
diinokulasikan agar-agar dari bibit F2 untuk mengembangkan miselium tersebut
pada media jagung. Bibit induk yang dihasilkan disini nantinya akan
dikembangkan atau diturunkan ke media baglog jamur tiram.
1.
Bahan Yang Diperlukan Untuk Pembuatan Bibit Induk F2
Untuk membuat
bibit Induk F2 bisa menggunakan biji-bijian jagung, gabah/padi, kedelai, atau
gandum. Adapun beberapa persyaratan bahan yang baik untuk dibuat bibit induk F2
adalah sebagai berikut:
1.
Masih
baru. Kondisi jagung yang akan dipakai tidak boleh sudah terlalu lama dari
pemanenan.
2.
Pilih
dengan benar kualitas jagung, kalau bisa hanya sedikit saja jagung yang rusak/pecah,
usahakan sebagian besar utuh.
3.
Tidak
terdapat kontaminasi dari jamur atau yang lain
4.
Tidak
terdapat hama seperti ulat dan lainnya
5.
Secara
visual kondisi jagung yang berkualitas akan tampak kuning, utuh.
Pada umumnya
jagung dibeli di pasar. Janganlah memilih untuk membeli jagung dengan harga
yang murah yang biasanya kondisinya banyak yang pecah dan digunakan untuk pakan
ternak seperti ayam. Tentunya kondisi jagung yang dibeli di pasar ini masih
dalam kondisi keras, karena hasil dari proses pengeringan dengan cara dijemur.
Untuk itulah nantinya dalam
proses pembuatan
diperlukan proses perendaman. Kita tidak perlu berhemat-hemat dengan membeli
jagung kualitas rendah di sini, karena toh untuk membuat bibit F2 berkualitas,
harganya tidak mahal. Dengan hanya 5kg jagung, InsyaAllah sudah bisa dibuat
sekitar 40 botol bibit induk F2, dan ini sudah sangat cukup. Andai harga jagung
itu Rp.10.000,- per kg, berarti biaya pembelian jagung hanya Rp. 50.000,- saja
kog.. Padahal di tempat kami, jagung yang cukup baik kualitasnya harganya
sekitar Rp. 5000,- per kg saja.
2.
Peralatan
yang diperlukan
Dalam membuat
bibit induk F2, diperlukan peralatan-peralatan yang cukup mudah
untuk didapatkan.
Peralatan-peralatan tersebut antara lain adalah
a) Botol
bekas saus
b) Kompor
Bunzen
c) Stik
atau batang yang terbuat dari stainless steel agar steril
d) Kotak
pembibitan sederhana
e) Karet
pentil / karet gelang yang ukuran kecil saja
f) Koran
yang dipotong kurang lebih 7cm x 7 cm
g) Ember
plastik untuk merendam jagung
h) Tempayan
bambu yang digunakan pada proses penirisan
i)
Autoclave atau panci bertekanan
j)
Dan
tentu saja yang harus disiapkan adalah F1 yang berkualitas
3. Tata cara Rekayasa Pembuatan Bibit Induk F2
Pembuatan
bibit induk F2 dibagi dalam beberapa langkah sebagai berikut :
1. Mencuci jagung
Jagung
yang akan digunakan dalam pembuatan bibit harus dicuci terlebih dahulu, pada
proses ini selain dicuci, dilakukan juga proses pemisahan antara jagung yang baik
dan jagung yang kurang baik. Caranya dengan merendam sejenak jagung tersebut di
dalam air, jagung yang mengapung adalah jagung yang kurang baik, segera
pisahkan dan dibuang, selain itu jika ditemukan jagung yang terdapat lubang
bekas ulat, segera dibuang dan dipisahkan.
2. Merendam jagung
Jagung yang
sudah dicuci tersebut selanjutnya direndam di dalam air bersih dengan takaran
kurang lebih 2 liter per 1kg jagung. Proses perendaman ini berlangsung kira-kira
48 jam. Tujuannya adalah untuk menambahkan kadar air ke dalam jagung yang masih
keras tersebut. Kadar air ini sangat penting dalam proses pembentukan miselium
F2 nantinya. Banyak yang menyepelekan proses perendaman ini, yang sebenarnya di
sinilah letak kunci keberhasilan yang penting dalam pembuatan bibit induk F2.
Merendam jagung ini hendaknya menggunakan air yang bersih.
3. Merebus jagung
Jagung yang
telah direndam selama kurang lebih 48 jam tersebut kemudian dicuci lagi hingga
bersih. Lalu masukkan ke dalam panci dan rebuslah selama kurang lebih 20-30
menit. Tidak ada patokan waktu dalam perebusan ini, karena sangat tergantung
ukuran dari jagung itu sendiri. Untuk jagung berukuran kecil, biasanya proses
perebusan akan lebih lama. Ukuran jagung yang sedang dan besar biasanya hanya memerlukan
waktu sekitar 20menit saja. Proses perebusan jagung adalah hingga butiran
jagung sudah cukup lunak /empuk, namun belum sampai pecah merekah. Selama
proses perebusan, hendaknya selalu diperiksa kadar kelunakan dari jagung itu.
Ini sangat penting agar jangan sampai jagung masih terlalu keras. Namun juga harus
diperhatikan timing / waktu perebusan, jangan sampai jagung terlalu lunak
atau sudah pecah
merekah. Ini artinya terjadi overcook yang dikhawatirkan akan menimbulkan
kontaminasi nantinya. Fungsi dari merebus jagung ini selain untuk melunakkan
jagung, juga untuk menambah kadar air yang terkandung di dalam jagung nantinya.
Kadar air ini sangat penting dalam perkembangan miselium. Kebanyakan kegagalan/kontaminasi
diakibatkan kurangnya kadar air.
4. Meniris Hasil Rebusan Jagung
Setelah
direbus, tiriskan sejenak saja jagung tersebut selama kurang lebih 5-10 menit. Tujuannya
hanya untuk mengurangi air rebusan dan rendaman. Penirisan tidak boleh terlalu
lama, lalu segera masukkan ke dalam botol.
5. Memasukkan Jagung Ke Dalam Botol
Setelah
direbus, tiriskan sejenak saja jagung tersebut selama kurang lebih 5-10 menit.
Tujuannya hanya untuk mengurangi air rebusan dan rendaman. Penirisan tidak
boleh terlalu lama, lalu segera masukkan ke dalam botol. Jangan lupa semprot
tangan dengan alkohol terlebih dahulu.
6. Sterilisasi menggunakan autoclav
Masukkan botol
ke dalam autoclav, lalu sterilkan pada tekanan 1,5Bar – 2Bar selama kurang
lebih 20menit. Dalam proses sterilisasi ini tidak boleh terlalu lama yang akan
menyebabkan jagung tersebut gosong dan kering. Jika proses sterilisasi terlalu
lama, akan menyebabkan struktur nutrisi yang terkandung di dalam jagung untuk
penumbuhan miselium menjadi rusak, inilah yang menyebabkan salah satu kegagalan
nantinya.
7. Inokulasi bibit F1 ke F2
Setelah
proses sterilisasi, masukkan botol ke dalam kotak pembibitan sederhana atau
laminar air flow. Biarkan sampai cukup mendingin. Kira-kira sekitar 3-5jam. Jika
jagung masih terlalu panas, jangan dipaksakan untuk melakukan proses inokulasi,
hal ini dapat menyebabkan kegagalan.
Visualisasi dari langkah inokulasi ini adalah sebagai berikut:
a) Persiapan
/ preparation media jagung, bunzen, stik stainless, koran
b) Panaskan
terlebih dahulu stick stainless pada api bunzen secara merata
c)
Panaskan
pula sejenak bibit F1 yang akan digunakan untuk menginokulasi media jagung
menjadi bibit induk F2.
d)
Panaskan
menggunakan panas dari api bunzen secara merata di permukaan dan di mulut botol F1.setelah itu masukan kedalam botol bibit F2
e)
Biasanya
dalam satu botol bibit F1 ini bisa dibagi menjadi kurang lebih 40 botol.
f )
segera
tutup botol dengan kertas koran lalu ikat dengan karet. Ingat!! Koran yang digunakan
sebagai penutup disini harus sudah disterilkan pula di dalam autoclav. Untuk memastikan
tingkat sterilnya, boleh juga denganmenyemprot koran terlebih dahulu
menggunakan alkohol 96%./70%.
Dalam menutup
botol hasil inokulasi, bisa menggunakan kapas, bisa menggunakan kertas koran,
bisa juga menggunakan kertas lilin coklat yang biasanya untuk bungkus makanan.Namunsecara
umum kebanyakan pebudidaya menggunakan
tutup kertas
koran saja.Setelah proses inokulasi selesai, simpan dengan baik bibit induk F2
di tempat yang bersih, steril, dan stabil suhu dan kelembabannya. Yang termudah
adalah diletakkan di dalam lemari yang bersih. Untuk menjamin kebersihannya,
semprot terlebih dahulu tempat penyimpanan menggunakan alkohol 96%.
4.
Tips dan
hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan F2
Dalam pembuatan
bibit F2, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk lebih meningkatkan
probabilitas dan keberhasilannya. Terkadang hal-hal tersebut terkesan sepele
dan sederhana, namun besar sekali pengaruhnya terhadap kualitas bibit induk F2
yang dihasilkan nantinya.
Tips-tips
tersebut antara lain adalah :
a)
Pemilihan
jagung yang digunakan sebagai media F2. Jagung yang dipilih hendaknya
berkualitas bagus dan dalam kondisi masih baru. Hindari pemilihan jagung yang
sudah lama atau timbunan di pasar. Ukuran jagung (besar dan kecil) sebenarnya
tidak mempengaruhi kualitas F2. Namun menggunakan jagung dengan ukuran yang
tanggung dan besar lebih mudah dari pada yang ukuran kecil. Mudah ini dalam
artian mengatur kadar air yang pas. Jika jagung ukuran besar hanya perlu
direndam kurang lebih 2 hari, maka jagung yang ukuran kecil memerlukan waktu
hingga 4 hari dalam perendamannya.
b)
Proses
pembersihan jagung harus selalu dilakukan sebelum melakukan perendaman, di sini
fungsi dari pembersihan adalah sekaligus memisahkan jagung yang kondisinya
jelek. Biasanya dalam pembersihan, jika terdapat jagung yang jelek akan
mengapung, segera pisahkan.
c)
Dalam
merebus jagung, periksa terus tingkat kematangan/ tingkat kelunakan dari jagung
tersebut. Lama perebusan adalah dalam kisaran 20 menit hingga 30 menit. Jika
kondisi jagung sudah pecah, atau mengelupas, ini berarti kondisinya terlalu
lama dalam perebusan.
d)
Pada
proses penirisan, hendaknya tidak terlalu lama maksimal 10 menit, karena jika
terlalu lama, dikhawatirkan kadar airnya berkurang. Namun juga harus diperhatikan
jangan sampai kadar air yang terkandung berlebih.
e)
Pada
proses sterilisasi, jika menggunakan panci presto biasa, karena tidak ada alat
pengukur tekanannya, bisa diasumsikan tingkat tekanan yang ada adalah sekitar
0,75Bar. Lama sterilisasi jika menggunakan panci presto biasa adalah kurang
lebih 30-40menit. Jika menggunakan autoclav, sterilisasi dilakukan pada tekanan
1,5 – 2BAR selama kurang lebih 20menit. Media jagung adalah media dengan
nutrisi murni (bukan campuran), dan pada saat sterilisasi, kondisinya sudah
lunak, jika terlalu lama pada autoclav maka akan merusak struktur nutrisi dan
kandungan kadar air pada jagung. Hasil jagung setelah proses sterilisasi adalah
masih berwarna kuning kecoklatan, Namun bukan coklat gosong.
f)
Pada
saat inokulasi, pastikan kondisi jagung sudah cukup mendingin, yaitu kurang
lebih selama 4-5jam sejak dikeluarkan dari autoclave
g)
Proses
inokulasi harus dilakukan di dalam kotak pembibitan sederhana atau didalam
laminar air flow.
h)
Penyimpanan
bibit induk F1 setelah inokulasi haruslah di tempat yang bersih dan steril
5.
Kegagalan
dalam pembuatan bibit induk F2 dan antisipasinya
Dalam rekayasa
penurunan bibit F1 ke bibit induk F2 terkadang dijumpai kegagalan. Pada
umumnya kegagalan yang adalah kontaminasi atau bibit F1 yang tidak mau menjalarkan
miselium pada media F2.Beberapa analisa kegagalan tersebut yang paling sering
adalah disebabkan oleh halhal sebagai berikut:
1.
Kualitas
jagung yang kurang baik. Sebaiknya selalu memilih jagung dengan kualitas baik
dan dalam kondisi baru. Hindari memilih jagung yang sudah tertimbun lama dan
sudah banyak kutu nya. Pilih jagung yang utuh, jangan yang banyak mengandung
jagung pecah dan berlubang.
2.
Kurangnya
perendaman. Lama perendaman setelah proses pencucian sebaiknya minimal 2x24jam.
Fungsi perendaman ini adalah untuk menambah kadar air pada media jagung. Jika
jagung langsung dilakukan perebusan tanpa merendam terlebih dahulu, biasanya
masih kurang mengandung kadar air. Kadar air yang kurang menyebabkan penjalaran
miselium kurang sempurna dan menimbulkan kontaminasi pada akhirnya.
3.
Terlalu
lama dalam perebusan sehingga banyak jagung yang kondisinya pecah dan terbuka.
Atau sebaliknya kurang lama merebus, sehingga masih terlalu keras.
4.
Proses
sterilisasi yang tidak tepat. Dalam hal ini, bisa jadi sterilisasi kurang, sehingga
belum cukup mematikan bakteri yang ada, atau malah sterilisasi pada autoclave
yang berlebihan yang menyebabkan jagung menjadi gosong sehingga struktur
nutrisi pada jagung untuk penumbuhan miselium menjadi kurang baik.
6.
Bibit F1 yang mengandung kontaminan, sehingga menyebabkan kegagalan pada penurunan
bibit F2. Untuk itu hendaknya selalu dipilih bibit F1 dengan kualitas terbaik.
7.
Proses
inokulasi yang kurang steril. Untuk itu selalu perhatikan tingkat kebersihan
tempat, bahan, dan alat yang digunakan pada proses inokulasi bibit F1 ke media
F2 untuk menjamin tingkat keberhasilannya.
8.
Tempat
penyimpanan / storage bibit F2 yang kurang memadai. Dalam menyimpan bibit induk
F2 hendaknya pada tempat yang bersih dan steril pula. Jika terdapat kontaminasi
pada satu atau beberapa botol bibit F2, segera pisahkan dan dibuang, karena
jika dibiarkan, biasanya dapat menular ke botol bibit F2 lainnya.
6.
Memahami
perkembangan miselium bibit induk F2
Perkembangan
miselium pada bibit induk F2 dimulai dari berkembangnya miselium pada inokulan
bibit F1 pada media jagung, lalu jika media jagung yang dibuat sesuai dan pas
pada kondisi untuk mengembangkan miselium dari bibit F1 tersebut, maka secara
perlahan akan terjadi perambatan miselium hingga menyelimuti seluruh permukaan jagung pada botol F2. Proses
perkembangan miselium pada bibit induk F2 ini perlu diperhatikan agar kita dapat
mengetahui durasi mulai awal pembentukan miselium hingga mencapai 100% pada
bibit induk F2. Durasi ini nantinya penting dalam penyusunan jadual kerja manajemen
pembibitan yang terkait dengan jadual kerja pada budidaya jamur tiram putih.
Secara detil, perkembangan miselium yang normal pada
bibit induk F2 dapat
diperhatikan pada ilustrasi berikut ini:
1.
Masa
krusial atau masa terpenting pada perkembangan miselium dari bibit F1 adalah
pada 3 hari pertama. Pada 24 jam setelah dilakukan proses inokulasi, biasanya
pada bibit F1 akan mulai terselimuti benang-benang hifa.
2.
Selanjutnya
pada hari ke-3 benang hifa tersebut akan merambatkan miselium pada media jagung
pada bibit induk F2 yang ada. Perkembangan miselium pada 5-7 hari pertama akan
tampak seperti rambatan miselium yang telah mencapai sekitar 30% tersebut
seperti tipis dan halus. Ini sebenarnya normal saja.
3.
Setelah
mencapai 10 hari, biasanya miselium telah merambat hingga 70%, disini miselium
yang terbentuk sudah mulai menebal.
4.
Miselium
akan mencapai kondisi 100% dalam waktu kurang lebih 15-20 hari tergantung
ukuran dari jagung. Untuk jagung ukuran kecil, biasanya rambatan miselium lebih
lambat daripada jagung berukuran besar.
Suplai bibit jamur tiram putih, F1 dan F2. kunjungi www.drengestiramcenter.blogspot.com
BalasHapusSuplai bibit jamur tiram putih, F1 dan F2. kunjungi www.drengestiramcenter.blogspot.com
BalasHapushttp://www.jamur.info
BalasHapushttp://www.jamur.info
BalasHapus